nasehat Umar ra.

nasehat Umar ra.

Minggu, 05 Februari 2012

Guru vs Karakter Robbani


ABSTRAK

Pendidikan sebagai usaha  manusia untuk membina kepribadian sesuai nilai-nilai yang  ada di masyarakat hendaknya seumur hidup dan dipadukan. Berbicara pendidikan tak lepas dari pendidik dan peserta didik. Menjadi guru adalah pekerjaan mulia, sebab dari gurulah segala peradaban dimulaidan mengalami perkembangan hingga saat ini. Kedudukan guru sangatlah berperan penting dalam kehidupan. Kesulitan peserta didik dalam memahami materi yang diberikan adalah salah satu faktor penyebabnya karakter yang sesuai dengan tujuan belum sampai atau mengalami kegagalan, banyaknya kerusakan-kerusakan yang ada dibumi menjadi sebuah fenomena yang harus segera ditangani dan diselesaikan. Maka dari itu, peran guru dalam pembangunan sangat diperlukan. Maka diperlukan cara-cara agar guru itu, benar-benar bisa digugu dan ditiru. Dan juga mampu  mengembangkan potensinya serta meningkatkan IQ, EQ dan juga AQ. Agar guru adalah pilihan hidup yang mempunyai kesempatan memperoleh kebaikan yang lebih banyak dari Allah SWT. Tulisan ini berusaha untuk memotivasi para pendidik atau guru untuk memantapkan tujuannya dan mengembangkan daya kreatifitasnya. Harapannya bahwa guru dapat membentuk karakter robbani kepada para peserta didiknya hingga mereka menjadi manusia yang berguna bagi agama, bangsa, negara dan bagi kehidupannya sendiri.

Kata Kunci : Pendidikan Berkarakter, Guru Sebagai Pendidik, Peserta Didik, Kreatifitas, Menjadi Guru Menyenangkan


PENDAHULUAN

Menjadi  guru  adalah  pekerjaan  mulia, karena guru adalah agen  perubahan. Jika guru itu berakhlak mulia maka  murid atau peserta didik akan berakhlak mulia pula,  namun apabila memberi contoh teladan yang tidak baik maka peserta didik akan mengikuti bahkan lebih buruk daripadanya  atau membiarkan peserta didik berbuat  seenaknya, tidak memperhatikan norma-norma etika yang telah ditentukan maka mereka akan tumbuh berkembang tidak sesuai dengan cita – citanya dan tujuan pendidikan nasional seperti yang tertera dalam UU No.20 Tahun 2003 tentang  Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas ) tidak tercapai yaitu sebagai manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab (pasal 3). Oleh karena itu ,  diperlukan pengenalan dan pengembangan karakter, kecenderungan, minat, serta bakat harus menjadi bagian dari sebuah proses pendidikan (Zuber Syafawi,2009:125).  Sehingga para guru harus senantiasa mengembangkan kompetensi dirinya, baik dalam penguasaan bidang studi yang diajarkannya  maupun keterampilan  mengajarnya serta meningkatkan ibadah ruhiyahnya agar setiap langkah yang ditempuh senantiasa dibimbing oleh Allah SWT, hal ini berkaitan dengan pendekatan dengan Yang Maha Menguasai apabila ada peserta didik yang bermasalah dalam berbagai hal.  Dengan demikian, guru tidak hanya menyampaikan ilmu pengetahuan saja sehingga murid menjadi “tahu”, tetapi juga mampu membuat para muridnya memiliki pemahaman yang mendalam tentang  bidang studi tersebut serta “bisa” mengamalkan dalam kehidupan sehari-harinya.
Kondisi yang  ideal menentukan suatu proses pendidikan bisa berjalan dengan baik. Kurikulum dan perencanaan yang tepat, pengajar  yang  kompeten dan fasilitas yang memadai menjadi salah satu prasyarat terciptanya kondisi yang ideal dalam pendidikan.  Perlunya pengembangan kurikulum yang sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman dan ilmu pengetahuan.  Dalam hal ini peran partisipasi masyarakat juga besar disamping perhatian dari pemerintahan Indonesia dengan mendukung pendidikan yang berkarakter.  Melihat dari kerusakan moral, akhlak dan akidah baik yang masih pelajar maupun orang  yang sudah dianggap dewasa dalam ukuran usia,  maka perlunya membangun pendidikan yang  berkarakter.  Agar  pendidikan berkarakter robbani terwujud  maka harus dimulai dengan menjadi seorang pendidik yang menyenangkan, dengan begitu murid akan mencintainya. Apabila cinta itu sudah tumbuh dalam diri seseorang maka akan mengikuti apa-apa yang dilakukan oleh yang dicintainya tersebut.  Untuk itu dengan memberi teladan yang baik, maka dengan sendirinya karakter robbani akan tumbuh dalam dirinya karena keberhasilan seorang pendidik yang memahami muridnya baik dari psikisnya, kecerdasan, maupun kekurangan serta permasalahan yang timbul dalam diri pribadi murid.
“Disetiap sekolah manapun dengan kualitas apapun, para siswanya adalah amanah yang perlu dijaga. Dan orang yang paling bertanggung jawab adalah para guru. Sekolah unggul adalah sekolah yang memiliki guru yang profesional. Dan penyelenggara  sekolah yang profesional adalah yang selalu memikirkan kesejahteraan para  gurunya.” (Munif Chatib,Sekolahnya Manusia,Kaifa:2009)
“Kita, para guru, memiliki kesempatan yang luar biasa banyak untuk mengirim getar-getar kasih sayang yang tulus kita kepada sesama. Dalam satu hari saja, mungkin ada ratusan jiwa yang kita temui. Jiwa-jiwa yang terus kita perkaya. Jiwa-jiwa yang terus memberdaya, teraktualisasi. Ah, betapa kayanya kita ini,saudaraku. Betapa besarnya pengaruh cinta kita ini di jiwa-jiwa mereka, yang bawa mereka seumur hidupnya. Tak pias diterpa hujan, dan tak lekang dimakan waktu!wow!” 1
“Apabila didalam diri seseorang  tidak muncul gairah untuk mengajar atau belajar  tentang  hal-hal yang akan diajarkan atau dipelajarinya, maka didalam lingkungan belajar-mengajar itu agak sulit dikatakan ada kegembiraan.” 
Berikut ini akan dipaparkan bagaimana menjadi guru yang menyenangkan, kreatif serta proses pembelajaran yang efektif oleh penulis dari beberapa sumber sehingga pendidikan  berkarakter tersebut  terwujud sesuai tujuan nasional.

RUMUSAN MASALAH
Banyak peserta didik mengalami kesulitan  dan kebingungan dalam memahami materi yang diajarkan oleh guru dan hal ini menyebabkan adanya anggapan “siswa yang bermasalah”.  Untuk itu, penulis merumuskan beberapa persolan;
1.    Siapa pendidik atau guru itu?
2.    Apa pengaruhnya guru dalam membangun pendidikan berkarakter?
3.    Bagaimana guru mengajar dengan cara yang menyenangkan?
4.    Apa peran IQ, EI dan SQ  bagi sang guru dalam kehidupan?
TUJUAN
Karya Ilmiah ini bertujuan agar para pendidik memantapkan tujuannya dan meningkatkan daya kreatifitas serta inovasi pembejarannya.

PEMBAHASAN MASALAH
PENGERTIAN DAN KEDUDUKAN GURU ATAU PENDIDIK
Memaknai tujuan pendidikan nasional dalam UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dalam penerapannya lebih banyak pada lembaga pendidikan sekolah. Disini peran guru dalam menerapkan nilai-nilai melalui proses pembelajaran bersama peserta didik sangat penting karena hal ini awal mula pembangunan pendidikan berkarakter disamping pendidikan dalam lingkungan keluarga. Sekolah atau lembaga pendidikan formal dan non-formal bukanlah segala-galanya, namun bisa saja segala-galanya bermula dari sekolah. Dalam UU No.20 Tahun 2003 pasal 1, tenaga kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan sedangkan pendidik itu sendiri adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru,dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instrukutur, fasilitator dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan.
Kedudukan guru dalam Islam sangat mulia. Guru bangsa adalah orang dengan keluasan pengetahuan, keteguhan komitmen, kebesaran jiwa dan pengaruh, serta keteladanannya  dapat mencerahkan bangsa dari kegelapan.  Di dunia ini banyak  orang bekerja sebagai guru, akan tetapi mungkin hanya sedikit yang bisa menjadi guru, yaitu bisa digugu dan ditiru. (Marno, M.pd dan M.Idris, S.Si  2009:16).  Mengemban amanah sebagai guru bukan sebatas  pada pekerjaan atau jabatan seseorang, melainkan dimensi nilai yang lebih luas dan agung, yaitu tugas ketuhanan, kerasulan, dan kemanusiaan.  Dikatakan tugas ketuhanan karena Allah mengajar semua makhlukNya lewat  tanda-tanda alam, dengan menurunkan wahyu, mengutus rasulNya, dan lewat hamba-hambaNya. Allah memanggil hamba-hambaNya yang beriman untuk mendidik.
Guru mengemban tugas kerasulan artinya bahwa menyampaikan pesan-pesan Tuhan kepada manusia, memberi peringatan, melakukan pencerahan, pemberdayaan, transformasi, dan pergerakan potensi umat manusia menuju cahayaNya setelah sekian lama dalam kegelapan. Sebagai tugas kemanusiaan, seorang  guru terpanggil untuk memberi tahu, membimbing, melayani, mengarahkan, menolong, memotivasi, dan memberdayakan sesama terutama anak didik. Bukan semata-mata menggugurkan kewajiban atau melaksanakan tugas sebagai guru namun juga benar-benar dengan niat yang tulus ikhlas dan penuh dedikasi.
Beberapa karakteristik guru sebagai seorang pendidik sebagaimana telah dikemukakan terdahulu, tanggung jawab seorang pendidik cukup berat. Untuk menjadi pendidik maka diperlukan beberapa persiapan, diantaranya :
1.    Kematangan diri yang stabil; memahami diri sendiri, mencintai diri secara wajar dan memiliki nilai-nilai kemanusiaan serta bertindak sesuai dengan nilai-nilai itu, sehingga ia bertanggung jawab sendiri atas hidupnya, tidak menggantungkan diri atau menjadi beban orang lain.
2.    Kematangan sosial yang stabil, dalam hal ini seorang pendidik dituntut mempunyai pengetahuan yang cukup tentang masyarakatnya, dan mempunyai kecakapan membina kerja sama dengan orang lain.
3.    Kematangan profesional (kemampuan mendidik); yakni menaruh perhatian dan sikap cinta terhadap anak didik serta mempunyai pengetahuan yang cukup tentang latar belakang anak didik dan perkembangannya, memiliki kecakapan dalam menggunakan cara-cara mendidik. 

MENJADI GURUNYA MANUSIA DAN PENGARUHNYA DALAM PEMBANGUNAN PENDIDIKAN BERKARAKTER
Upaya-upaya pemberdayaan guru secara umum dapat dilakukan dengan beberapa cara. Mengajar  tidak hanya masuk kelas, bertemu para pembelajar, menyuruh ini-itu, melarang  ini-itu,  dan melarang ini-itu, lalu keluar kelas lalu pulang.(Dani Ronnie M , 2006:17).  Menjadi guru yang luar biasa adalah guru yang menyenangkan.  Kasih sayang yang ikhlas dari sang guru kepada pembelajarnya akan menyebar dan gaungnya akan terasa sampai kejiwa. (Dani, hal:20).  Kasih sayang menyembuhkan segala keresahan dan kegalauan  hingga kehidupan dalam proses belajar mengajar  berlangsung. Selain kasih sayang , perlu adanya empati atau kepedulian dan kesabaran dalam menghadapi berbagai tingkah laku peserta didik dengan berbagai permasalahan yang dibawanya.  Kemudian kreatifitas, kerendahan hati serta kebijaksanaan dalam memecahkan setiap persoalan baik dari keterampilan dalam mengajarnya maupun memahami psikologis setiap individu dengan mencari kelebihannya, apa yang diminati oleh peserta didik. Hingga dengan kemauannya sendiri menuruti apa yang diperintahkan pendidik beserta segala arahannya. Menyayangi pembelajar dengan segenap hati merupakan dasar awal dan awal dari segala aktifitas pembelajaran dikelas. Sehingga ada warna, kehidupan, dan kebahagiaan disana. Ditambah ada penghargaan, pemberian ruang untuk pengembangan diri, kepercayaan, kerjasama, saling memotivasi, saling berbagi, saling mendengarkan, saling berinteraksi dengan positif, saling menanamkan nilai-nilai moral dengan penuh empati dan teladan, saling mengingatkan dengan ketulusan hati, saling menularkan antusiasme, saling menggali potensi diri, saling mengajari dengan kerendahan hati, saling menginspirasi, saling menghormati perbedaan masing-masing.
Untuk menjadi guru yang menyenangkan ada 5 komponen yang dipelajari sehingga tercipta suasana belajar  dalam keadaan gembira. Pertama, seorang pengajar atau pembelajar menjadi gembira lantaran didalam dirinya memang ada keinginan mengajarkan atau mempelajari suatu materi pelajaran.  Kedua, adanya keterlibatan penuh si pembelajar dalam mempelajari sesuatu. Ketiga, terciptanya sebuah makna, yaitu adanya sesuatu yang mengesankan, pengalaman yang menarik. Keempat, pemahaman atas materi yang dipelajari. Apabila minat seorang pembelajar dapat ditumbuhkan ketika mempelajari sesuatu, lantas dia terlibat secara aktif dan penuh dalam membahas materi-materi yang dipelajarinya dan akhirnya dia terkesan dengan sebuah pembelajaran yang diikutinya, tentulah pemahaman akan materi yang dipelajarinya dapat muncul secara sangat kuat. Kelima, nilai yang membahagiakan artinya pembelajar merasa mendapatkan makna ketika mempelajari sesuatu sehingga dirinya berharga,berpotensi, dan dihargai jerih payahnya dalam memahami sesuatu maka dari itu timbulah rasa bahagia atau perasaan senang tersebut.  (Hernowo,2006:20-23)

Dalam bahasa Quantum Learning, dengan motivasi AMBAK (Apa manfaat Bagiku) dalam melakukan sesuatu maka seorang guru akan melaksanakan tugasnya dengan sungguh-sungguh, tidak ogah-ogahan, ataupun asal-asalan hingga termotivasi terus dalam mengembangkan dirinya sampai karakter robbani itu mengena di hati para pembelajar atau peserta didik. Dapat belajar bagaiamana  membuat diri kita termotivasi mencapai tujuan yang telah ditetapkan, mengetahui langkah-langkah untuk menumbuhkan minat dalam segala sesuatu, mengetahui seluk beluk belajar aktif, meningkatkan kualitas hidup kita.
Memahami kecerdasan para peserta didik adalah sebuah perjuangan namun tidak mustahil untuk dilaksanakan.  Dewasa ini, untuk membangun pendidikan berkarakter ditempuh dengan berbagai cara, diantaranya dengan multiple intelligences. “Pemahaman makna kecerdasan merupakan awal dari aplikasi banyak hal yang terkait dalam diri manusia,terutama dalam dunia pendidikan.” (Munif Chatib,2009:69). Kecerdasan seseorang itu selalu berkembang (dinamis), tidak elastis. Menurut Gardner, kecerdasan dapat dilihat dari kebiasaan seseorang dan kebiasaan itu adalah perilaku yang diulang-ulang. Melalui pembiasaan ini akan membentuk modifikasi perilaku. Oleh karenanya, diharapkan seorang pendidik atau guru memberi contoh teladan yang baik atau membiasakan muridnya untuk mengubah kebiasaan buruknya menjadi kebiasaan yang baik secara terus menerus. Pembiasaan optimalisasi peningkatan potensi perkembangan peserta didik sangat perlu diperhatikan.  Banyaknya kegagalan siswa mencerna informasi dari gurunya disebabkan oleh ketidaksesuaian gaya mengajar guru dengan gaya belajar siswa. Apabila gaya mengajar guru sesuai maka semua materi yang disampaikan akan terasa mudah dan menyenangkan. Guru perlu memiliki data dan mengumpulkan serta menganalisa data tentang gaya belajar siswanya. Kemudian guru menyesuaikan  gayanya dalam mengajar dengan gaya belajar siswa. 
“Ketika energi dan fokus guru diarahkan untuk model aktifitas yang kreatif-inovatif, proses pembelajaran akan menarik minat  siswa untuk belajar dengan antusias dan enjoy.”(Munif Chatib, 2011)
    Menurut Munif Chatib dalam bukunya “Gurunya Manusia”(2011), tidak ada guru yang tidak mampu mengajar. Menurut peraturan pemerintah No.19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional , guru di Indonesia diharapkan punya empat kompetensi dalam menjalankan profesinya,yaitu:
1.    Kompetensi pedagogi adalah kemampuan mengelola pembelajaran siswa yang meliputi pemahaman terhadap siswa, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran,evaluasi hasil belajar, dan pengembangan siswa untuk mengaktualisasikan potensi yang dimilikinya.
2.    Kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa, yang menjadi teladan bagi peserta didik serta berakhlak mulia.
3.    Kompetensi profesional adalah penguasaan materi pembelajaran  secara luas dan mendalam sehingga guru dapat membimbing siswa memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan.
4.    Kompetensi sosial adalah kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif diantara peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua / wali peserta didik dan masyarakat sekitar.
Dalam perundang-undangan sudah tersusun rapi, namun tetap perlu adanya peningkatan cara merealisasikan kompetensi-kompetensi tersebut. Hal yang terpenting dalam program peningkatan kualitas tersebut adalah niat dan kemauan guru untuk kreatif dan bertanggung jawab terhadap keberhasilan pekerjaannya.
Menjadi seorang guru adalah dia tak pernah berhenti untuk belajar,secara teratur membuat rencana pembelajaran sebelum mengajar, bersedia untuk diobservasi, selalu meningkatkan kreatifitasnya, dan mempunyai karakter yang baik. Sering mengikuti pelatihan-pelatihan guru adalah salah satu upaya untuk terus belajar. Seorang guru mengajar dengan hati karena akan memasuki wilayah makhluk Allah yang punya hati pula.
Karakter yang perlu dikembangkan saat ini ada  9,yaitu karakter keimanan kepada agamanya, kejujuran, rasa tanggung jawab, semangat belajar, disiplin diri, kegigihan, apresiasi terhadap kebinekaan, semangat berkontribusi, dan optimisme. Karakter-karakter ini memberi pengaruh yang sangat besar dimasa depan

PERAN IQ, EI Dan AQ Bagi Guru Dalam Kehidupan
    Bentuk pembelajaran adalah berpusat pada siswa. Dalam proses pembelajaran, materi yang disampaikan harus menyatu dengan upaya membangkitkan semangat belajar peserta didik. Guru yang dianggap memiliki kepribadian baik hanya untuk dirinya sendiri, tidak ditransfer kepada peserta didiknya. Akibatnya proses pendidikan hanya dapat mengembangkan IQ peserta didik, dan sangat jarang mengembangkan EQ(Emotional Quotient) dan AQ (Adversity Quotient). Disinilah perlunya guru di berbagai tingkat dan jenis lembaga pendidikan.
Agar pembentukan karakter tersebut  dalam jangka panjang tetap melekat maka guru memberikan pengalaman yang luar biasa. Guru adalah kunci kualitas. Karakter robbani bisa muncul dengan membumikan Al-qur’an. Dewasa ini, masyarakat sudah tidak lagi mendewakan Intelligence atau IQ sebagai parameter kecerdasan maupun keberhasilan seseorang. Pernyataan ini banyak didukung oleh berbagai penelitian, diantaranya banyak dikemukakan oleh Daniel Goleman dalam bukunya Working with Emotional Intelligence yang menyatakan bahwa 80% kesuksesan manusia lebih ditentukan oleh kecerdasan emosionalnya dan hanya 20% yang ditentukan oleh IQ-nya. Dalam Al-Qur’an dapat dikaji dan diambil intisari konsep EQ yaitu kemampuan memilih baik dan buruk, bertanggung jawab, kesadaran diri, rasional, keteguhan hati, kasih sayang. Konsep EQ ini jika dikaitkan dengan pendidikan, maka tugas utama pendidik adalah merumuskan dan menciptakan pendidikan yang menghasilkan peserta didik yang mampu memilih hal yang baik dan buruk, bertanggung jawab, kesadaran diri, rasional dalam bertindak, serta mempunyai keteguhan hati dan kasih sayang.6(Dra.Muntholi’ah,M.Pd ; Istiwa 2009:hlm 68)
    Kecerdasan Adversitas ini berperan penting juga selain kecerdasan IQ dan EQ-nya. Dengan kecerdasan ini, guru dapat mengubah hambatan menjadi peluang, karena kecerdasan ini merupakan penentu seberapa jauhkah mampu bertahan dalam menghadapi tantangan dan mengatasi kesulitan. Semakin tinggi tingkat kesulitan yang dihadapi seseorang, semakin banyak pelajaran yang dicermati. Sejalan dengan John Gray,” semua kesulitan sesungguhnya merupakan kesempatan bagi jiwa untuk tumbuh.”  Maka perlu dilakukan adalah memperkuat daya perjuangan dan pengorbanan. Dengan keberkahan dan kemuliaan hidup yang akan diperoleh nantinya, menjadi guru adalah sebuah pilihan yang luar biasa. Menjadi pendidik memacu untuk berubah ke arah yang lebih baik secara cepat. Paul Stolz dalam bukunya menulis,” kecerdasan adversitas didunia pendidikan akan membuat guru memiliki dan mengembangkan daya tahan dan keuletan dalam hal menyampaikan pengetahuan yang bermakna dan bertujuan.”
  Dani Ronie M(2006)  juga menulis dalam bukunya,” Betapa hebatnya sebuah generasi yang mampu memandang hidup dari sudut pandang bahwa apapun yang terjadi adalah anugerah dan segala warna yang menghias kehidupan ini sesungguhnya mengajarkan manusia sesuatu, bagi mereka yang mau membuka hati.”
PENUTUP
Dalam membangun pendidikan berkarakter tentu tidak semudah yang direncanakan dan dibayangkan karena setiap kehidupan akan selalu ada hambatan dan tantangan seberapa tangguh seseorang dalam menghadapi ujian tersebut, hal tersebut berguna untuk meningkatkan kualitas hidup seseorang dan menguji siapakah yang paling baik amalnya. Ketekunanlah yang membuat batu menyerah pada tetesan air. Oleh karena itu, guru adalah pembelajar yang sejati. Selalu ada kemudahan disetiap kesulitan. Peran guru sebagai pendidik adalah sangat besar. Mereka yang sungguh-sungguh adalah pahlawan tanda tanpa jasa. Dan selalu ada cara setiap persoalan yang ada.
Demikian yang dapat penulis sampaikan melalui artikle ini. Mohon maaf bila ada kekurangan dan semoga bermanfaat.

DAFTAR PUSTAKA

Safawi, Zuber. 2009. Menata Jalan Menunaikan Amanah: Membangun Pendidikan Berkarakter. Jakarta:Global Media Profetika.
Hasbullah. 2009. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta:Rajawali Press.
Chatib, Munif. 2009.  Sekolahnya Manusia. Bandung:Kaifa.
___________. 2011. Gurunya Manusia. Bandung : Mizan.
Hernowo. 2006. Menjadi Guru Yang Mau dan Mampu Mengajar Secara Menyenangkan. Bandung : MLC.
Marno, M.Pd , Idris,M, S.Si. 2009.  Strategi dan Metode Pengajaran. Jogjakarta : Ar-rruz Media.
Muntholi’ah. 2009.  Jurnal Istiwa: Konsep EQ dalam Al-Qur’an. Semarang: SETIA WS.
Raharjo. 2009. Jurnal Istiwa: Mengungkap Nilai-Nilai Pendidikan Yang Terabaikan. Semarang: SETIA WS.
Raharjo. 2000.  MEDIA: Membumikan Nilai-Nilai Al-Qur’an dalam Proses Pembelajaran. Semarang: IAIN Walisongo.
Ronie Dani,M. 2006. The Power EQ dan AQ For Teacher. Jakarta Selatan: Hikmah (PT Mizan Publika)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar